Edukasi Gizi: Membangun Kesadaran GGL di Kalangan Remaja Jayapura

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kadar Gula, Garam, dan Lemak (GGL) yang tinggi menjadi salah satu gaya hidup yang banyak digandrungi oleh remaja. Sayangnya, banyak remaja di Indonesia yang tidak menyadari bahwa konsumsi GGL yang berlebihan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes.

Bahkan, laporan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan bahwa prevalensi diabetes pada anak berusia di bawah 18 tahun meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan dengan tahun 2010. Selain itu, menurut Riset Kesehatan Dasar dari Kementerian Kesehatan, persentase penderita obesitas juga turut meningkat dalam satu dekade terakhir, khususnya 1 dari 5 anak-anak di Indonesia juga mengalami obesitas.

Bayangkan, jika kebiasaan konsumsi GGL yang berlebihan ini terus berlanjut tanpa ada intervensi, generasi muda dapat berisiko mengalami masalah kesehatan kronis sejak usia dini. Oleh karena itu, melalui proyek sosial bertajuk “Sekolah Kader Gizi”, Queen Agnel Michiko sebagai NutriWISE Ambassador 2024 mengambil langkah konkret untuk mengedukasi remaja di Jayapura mengenai pentingnya membatasi konsumsi harian GGL.

Queen, Sosok di Balik Edukasi Gizi di Jayapura

Di balik perubahan besar, selalu ada sosok yang berdedikasi tinggi. Queen Agnel Michiko atau yang akrab dipanggil Queen merupakan seorang remaja penuh semangat yang memiliki latar belakang sebagai Duta Generasi Berencana (GenRe) Provinsi Papua pada 2023 silam.

Selama menjabat sebagai Duta GenRe ini, Queen memiliki banyak pengalaman dalam mengedukasi remaja di sekolah-sekolah daerah Papua. Menariknya, ada salah satu program kerja Queen yang juga fokus pada pemanfaatan dan pelestarian pangan tradisional untuk UMKM di daerah Papua. Di sinilah awal mula Queen belajar mengenai gizi.

Berangkat dari pengalaman ini, Queen merasa terdorong untuk melanjutkan program-program serupa yang pernah ia jalankan. Dengan semangat yang sama, ia akhirnya juga turut mengambil peran sebagai agen perubahan di bidang gizi dan kesehatan melalui program NutriWISE yang digagas oleh Seribu Project pada 2024 silam.

Selain itu, Queen juga memiliki ketertarikan untuk mengubah pola makan remaja di daerahnya yang cenderung menjadi target pasar bagi penjual jajanan dengan kadar GGL yang tinggi.

“Jadi aku melihat adanya korelasi antara program kerja aku dengan NutriWISE ini. Itu membuat ada ketertarikan untuk melanjutkan program-program yang serupa dengan yang pernah aku jalanin gitu,” cerita Queen.

Merancang Masa Depan Sehat: Edukasi Gizi di Sekolah

Melalui program NutriWISE 2024, Queen berhasil menyelenggarakan proyek sosial bertajuk “Sekolah Kader Gizi” di SMA YPPK Taruna Dharma di Jayapura, Papua pada Kamis (24/10/2024) lalu. Acara edukasi ini dihadiri oleh 30 siswa yang berasal dari kelas 10, 11, dan 12. Selain itu, ada juga finalis Duta GenRe Provinsi Papua 2024 yang turut meramaikan acara.

Ide “Sekolah Kader Gizi” ini berawal dari temuan Queen mengenai remaja yang sering abai terhadap asupan harian gizi seimbang. Secara khusus, Queen menyasar pada anak-anak sekolah yang tentunya sering jajan sembarangan dan tidak peduli terhadap nutrisi yang terkandung dalam jajanan tersebut. 

Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran anak sekolah terhadap gizi seimbang, Queen menyusun materi yang komprehensif serta merancang edukasi yang interaktif dalam proyek sosialnya.

Adapun materi yang Queen berikan terkait dengan pembatasan GGL, gizi seimbang melalui “Isi Piringku”, serta pola hidup yang baik seperti olahraga dan istirahat yang cukup. Selesai presentasi materi ini, Queen juga melakukan metode focus group discussion (FGD) dengan membagi para peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan lebih lanjut materi dan pertanyaan yang telah ia berikan.

Hasilnya, ternyata metode FGD ini cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman remaja terhadap pembatasan GGL dan gizi seimbang. Terbukti, pengetahuan para peserta meningkat sebesar 70% dari yang awalnya benar-benar tidak paham mengenai pembatasan GGL ini.

Melalui metode FGD ini juga timbul diskusi menarik mengenai pelarangan konsumsi GGL yang berlebihan meskipun seseorang tetap menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga dan tidur yang teratur.

Untuk itu, Queen menekankan bahwa konsumsi GGL berlebih memiliki dampak jangka panjang yang mungkin tidak dirasakan segera, tetapi bisa muncul 10-20 tahun kemudian. Penanaman pola pikir seperti ini nyatanya berdampak positif bagi remaja yang cenderung melihat dan berekspektasi segala sesuatu terjadi secara instan.

Pola Hidup yang Berubah Semenjak Edukasi Gizi

Merasa memiliki tanggung jawab lebih dalam memastikan tingkat kesadaran peserta terhadap pembatasan GGL ini, Queen membuat kesepakatan dengan peserta untuk terus dapat memantau implementasi pola makan sehat yang dilakukan oleh pesertanya melalui selama 1-2 bulan setelah proyek sosialnya berakhir. 

“Nggak mungkin aku kayak asal lempar (materi) aja gitu. (Bukan) oh yang penting udah, nggak dilihat lagi. Jadi aku pantau dulu gimana hasilnya, gimana cara mereka (mengatur gizi seimbang), (dan) apakah (materi) yang mereka dengar ini mereka implementasikan atau nggak gitu,” ungkap Queen.

Hasilnya, ternyata proyek “Sekolah Kader Gizi” ini menimbulkan efek jangka panjang yang baik terhadap perubahan pola hidup yang lebih sehat bagi para pesertanya, khususnya dalam memilih makanan dan minuman yang hendak dikonsumsi.

Melalui pemantauan di media sosial peserta, Queen melihat bahwa para pesertanya telah mengurangi konsumsi minuman yang memiliki kadar gula berlebih seperti minuman boba. Selain itu, ada juga pesertanya yang lebih memilih untuk membuat minuman sendiri daripada membelinya. Contohnya adalah membuat teh lemon dengan takaran gula yang sangat sedikit, yaitu 8 gram saja.

“Selain itu, akhirnya banyak juga (peserta) yang jadi lebih menggemari teh tawar gitu,” imbuh Queen.

Selain itu, perubahan pola konsumsi di kalangan peserta juga berdampak pada kantin SMA YPPK Taruna Dharma, yang kini menjual lebih banyak makanan sehat seperti singkong dan ubi rebus. Terlebih, penjualan produk mi instan juga menurun karena anak sekolah banyak yang beralih ke makanan-makanan murah, sehat, namun tetap dapat mengenyangkan.

Pentingnya Edukasi Gizi untuk Kesehatan Mendatang

Bagi Queen, program NutriWISE 2024 yang berfokus pada edukasi gizi khususnya terkait pembatasan GGL sangat relevan dan dekat dengan kehidupan remaja. Akibatnya, materi yang disampaikan dapat lebih mudah diserap dan dipahami serta dapat secara praktis diterapkan oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari.

Queen juga bersyukur karena melalui program edukasi gizi ini, semakin banyak orang yang peduli dan sadar akan pentingnya membatasi GGL. Hal ini menjadi kepuasan tersendiri baginya ketika bukan hanya dirinya, tetapi orang lain juga mulai mengubah pola makan mereka menjadi lebih sehat.

Terakhir, Queen juga mengingatkan bahwa pembatasan GGL sangat penting untuk dipahami demi menjaga kesehatan yang baik di masa mendatang. Khususnya, segala sesuatu yang enak itu belum tentu sehat dan yang tidak sehat itu efeknya bisa jadi tidak timbul secara langsung tapi memiliki efek berkepanjangan di masa depan.

#NutriWISE #PembatasanGGL #EdukasiGizi #GiziRemaja #SekolahKaderGizi

Share

Post Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *