Stunting, masalah kekurangan gizi kronis pada anak yang dapat menjadi ancaman serius. Permasalahan ini masih menjadi salah satu penyumbang beban gizi di Indonesia. Di saat sebagian besar negara lain telah perlahan meninggalkan masalah kekurangan gizi, di negara kita, tantangan ini masih mengemuka dengan tetap diiringi peningkatan prevalensi kelebihan gizi. Selain itu, permasalahan kekurangan zat gizi mikro, seperti anemia, juga semakin menguat, menimbulkan beban permasalahan gizi yang bertumpuk, “Triple Burden of Malnutrition”.
Stunting, tak hanya soal nutrisi
Berbicara soal stunting tak jauh dari penyelesaiannya yang memerlukan kolaborasi berbagai pihak, tak hanya dari sisi intervensi gizi saja. Faktor-faktor yang menjadi penyebab stunting terbagi menjadi faktor langsung dan faktor tidak langsung. Adapun pada faktor langsung, kerap kita lupakan bahwa penyakit infeksi menjadi salah satunya, mendampingi faktor nutrisi yang juga sama-sama menjadi penyebab langsung masalah stunting. Sementara itu untuk faktor tidak langsung, salah satunya meliputi kebersihan lingkungan yang tidak memadai atau buruknya sanitasi.
Sanitasi yang buruk dapat ditandai dengan akses air bersih yang tak memadai, penggunaan fasilitas jamban yang tidak sehat, serta perilaku cara cuci tangan yang buruk. Kondisi demikian mengarah pada timbulnya berbagai penyakit infeksi seperti diare, EED (Environmental Enteric Dysfunction), dan cacingan yang mana kondisi penyakit-penyakit tersebut dapat mengganggu pertumbuhan linier hingga meningkatkan resiko kematian balita. Sayangnya, risiko kesehatan ini tidak hanya terbatas pada timbulnya dampak pada gejala fisik, tetapi juga menimbulkan gangguan-gangguan lainnya yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak di periode emas pertumbuhannya.
Anak Sakit, Nafsu Makan Sulit
Saat tubuh harus berjuang melawan penyakit infeksi, nutrisi yang seharusnya diperuntukkan bagi pertumbuhan optimal justru dialihkan untuk melawan penyakit. Dapat dikatakan bahwa, timbulnya penyakit infeksi ini dapat menjadi sabotase pertumbuhan dan perkembangan anak karena nutrisi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan di periode emas ini justru harus digunakan oleh tubuh untuk melawan penyakit infeksi. Kejadian tersebut tentunya akan sangat berefek pada kecukupan nutrisi yang diterima anak, lebih-lebih pada kondisi penyakit infeksi juga dapat terjadi gangguan penyerapan zat gizi di dalam tubuh.
“There’s always a solution!”
Kabar baiknya, selalu ada solusi. Mari kita ingat kembali bahwa intervensi untuk mengatasi stunting tak hanya soal pemberian gizi secara langsung, tetapi juga melibatkan intervensi gizi sensitif yang berfokus pada penyebab tidak langsung dari stunting. Faktor terabaikannya sanitasi yang menjadi salah satu penyebab tidak langsung dari stunting ini dapat menjadi sasaran bagi penyelesaian melalui intervensi gizi sensitif. Langkah yang dapat diambil meliputi:
- Perbaikan sanitasi lingkungan
- Pembangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
- Upaya promotif melalui edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi bagi kesehatan secara menyeluruh
Kamu juga bisa berkontribusi!
Lagi-lagi, ancaman stunting tak bisa jika hanya diselesaikan oleh satu pihak saja. Permasalahan ini memerlukan pendekatan multisektor, bahkan kamu pun juga dapat memulai untuk ikut berkontribusi dalam penyelesaian ancaman kekurangan gizi kronis di negeri ini. Dalam hal buruknya sanitasi, salah satu hal yang termudah adalah dimulai dari diri sendiri. Menjaga kebersihan diri, fasilitas jamban, dan selalu mencuci tangan dengan benar adalah tindakan sederhana yang dapat kamu lakukan. Bersama-sama, kita dapat saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta memberikan kontribusi positif untuk Indonesia yang lebih sehat.
Sumber:
Kemenkes RI. 2018. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Balita Pendek di Indonesia, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Nisa, S. K., Lustiyati, E. D., & Fitriani, A. (2021). Sanitasi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1), 17-25.
Olo, A., Mediani, H. S., & Rakhmawati, W. (2021). Hubungan Faktor Air dan Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1113-1126.
Saputri, R. A. and Tumangger, J. 2019.‘Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting di Indonesia’, Jurnal of Political Issues, 1(1), pp. 1–10. Doi: https://doi.org/10.33019/jpi.v1i1.2
Gambar: https://airkami.id/kualitas-air-sanitasi-buruk-penyebab-utama-stunting/2/